Selasa, 24 April 2012

Miqdad bin Amru Pelopor pembuat pasukan berkuda dan Ahli Filsafat


Miqdad bin Amru
Pelopor pembuat pasukan berkuda dan Ahli Filsafat

Nama lengkapnya al-Miqdad bin Amru bin Tsa'labah bin Malik bin Rabi'ah bin Tsumamah bin Mathrud bin Amru bin Sa'ad bin Dahir al-Bahrany al-Kindy. Nama panggilannya Abu Amru. Dikenal dengan nama al-Miqdad bin al-Aswady atau al-Miqdad bin Amru.

Satu pendapat mengatakan nama beliau al-Miqdad al-Aswady karena beliau diasuh dan dibesarkan  oleh al-Aswad bin Abdu Yaghus az-Zuhry. Pendapat lain karena beliau mempunya budak berkulit hitam. Pendapat lain karena beliau terluka parah kemudian lari ke Makkah. Di sana beliau bergabung dengan bani al-Aswad.
Miqdad termasuk dalam rombongan orang-orang yg pertama masuk Islam dan orang ketujuh yg menyatakan keislamannya secara terbuka dengan terus terang, serta Ia ikut merasakan betapa kejamnya kaum quraisy terhadap kaum muslim saat itu.

Di masa jahiliyah ia terikat janji dengan Aswad Abdu Yaghuts untuk diangkat sebagai anak hingga namanya berubah menjadi Miqdad bin Aswad. Tetapi setelah turunnya ayat mulia yang melarang merangkaikan nama anak dengan nama ayah angkatnya dan mengharuskan merangkaikannya dengan nama ayah kandungnya, maka namanya kembali dihubungkan dengan nama ayahnya, yaitu Amr bin Sa'ad.

Pada waktu Rasulullah perintahkan umat Islam untuk berhijrah ke Habsyah (Ethopia), beliau ikut berhijrah bersama yang lain. Setelah itu beliau pulang ke Mekkah. Tapi beliau tidak ikut berhijrah ke Madinah. Beliau lah orang pertama yang berperang dengan menunggan kuda. beliau termasuk tiga tentara berkuda Islam setelah az-Zubair dan Murtsid. Rasulullah bersabda, "Sesungguhnya Allah telah perintahkan aku untuk mencintai empat sahabat. Dan aku diberitahu bahwa Allah mencinta mereka; Ali, al-Miqdad, Abu Dzar dan Salman.”

Ikut dalam perang Badr dan semua peperangan setelahnya. Pada waktu perang Badr beliau menjadi tentara berkuda.

Perjuangannya di medan Perang Badar tetap akan jadi tugu peringatan yang selalu semarak takkan pudar. Perjuangan yang mengantarkannya kepada suatu kedudukan puncak, yang dicita dan. diangan-angankan oleh seseorang untuk menjadi miliknya.

Bahkan Abdullah bin Mas’ud, seorang sahabat Rasulullah pernah berkata, "Saya telah menyaksikan perjuangan Miqdad, sehingga saya lebih suka menjadi sahabatnya daripada segala isi bumi ini.”

Sementara Rasulullah menguji keimanan para pengikutnya dan meneiliti persiapan mereka untuk menghadapi tentara musuh yang datang menyerang, baik pasukan pejalan kaki maupun angkatan berkudanya…,para shahabat dibawanya bermusyawarat; dan mereka mengetahui bahwa jika beliau meminta buah fiiran dan pendapat mereka maka hal itu dimaksudnya secara sungguh-sungguh. Artinya dari setiap mereka dimintanya pendirian dan pendapat yang sebenarya, hingga bila ada di antara mereka yang berpendapat Lain yang berbeda dengan pendapat umum, maka ia tak usah takut atau akan mendapat penyesalan.

Miqdad khawatir kalau ada di antara Kaum Muslimin yang terlalu berhatihati terhadap perang; Dari itu sebelum ada yang angkat bicara, Miqdad ingin mendahului mereka, agar dengan kalimat-kalimat yang tegas dapat menyalakan semangat perjuangan dan turut mengambil bagian dalam membentuk pendapat umum.

Tetapi sebelum ia menggerakkan kedua bibimya, Abu Bakar Shiddiq telah mulai bicara, dan baik sekali buah pembicaraannya itu, hingga hati Miqdad menjadi tenteram karenanya setelah itu Umar bin Khatthab menyusul bicara, dan buah pembicaraannya juga baik. Maka tampillah Miqdad, katanya:

“Ya Rasulullah….
Teruslah laksanakan apa yang dititahtan Allah, dan kami akan bersama anda…!
Demi, Allah kami tidak akan berkata seperti yang dikatakan Bani Israil kepada Musa: Pergilah kamu bersama Tuhanmu dan berperanglah, sedang kami akan duduk menunggu di sini.
Tetapi kami akan.mengatakan kepada anda: Pergilah anda bersama Tuhan anda dan berperanglah, sementaia kami ikut berjuang di samping anda…!
Demi yang telah mengutus anda membawa kebenaran!
Seandainya anda membawa kami melalui lautan lumpur, kami akan berjuang bersama anda dengan,tabah hingga mencapai tujuan, dan kami akan bertempur di sebelah kanan dan disebelah kiri anda, di bagian depan dan di bagian belakang anda, sampai Allah memberi anda kemenang….!

Kata-katanya itu mengalir tak ubah bagai anak panah yang lepas dari busumya. Dan wajah Rasulullah pun berseri-seri karenanya, sementara mulutnya komat-kamit,mengucapkan do’a yang baik untuk Miqdad. Serta dari kata-kata tegas yang dilepasnya itu mengalirlah semangat kepahlawanan dalam kumpulan yang baik dari orang-orang beriman, bahkan dengan kekuatan dan ketegasannya, kata-kata itu pun menjadi contoh teladan bagi siapa yang ingin bicara, menjadi semboyan dalam perjuangan.. .’”

Sungguh, kalimat;kalimat yang diucapkan Miqdad bin ‘Amr itu mencapai sasarannya di hati orang-orang Mu’min, hingga Sa’ad bin Muadz pemimpin kaum Anshar bangkit berdiri, katanya:

“Wahai Rasulullah.
Sungguh, kami telah beriman kepadanya dan membenarkan anda, dan kamu saksikan bahwa apa yang anda bahwa itu adalah benar ….,serta untuk itu kami telah ikatkan janji dan padukan kesetiaan kami!
Maka majulah wahai Rasulullah laksana apa yang anda kehendaki, dan kami akan selalu bersama anda….!
Dan demi yang telah mengutus anda membawa kebenaran, sekiranya anda membawa kami menerjuni dan mangarungi lautan ini;,akan kami terjuni dan arungi, tidak seorang pun di antara kami yang akan berpaling dan tidak seorang pun yang akan mundur untuk menghadapi musuh..!
Sungguh, kami akan tabah dalam peperangan, teguh dalam menghadapi musuh dan moga-moga Allah akan memperlihatkan kepada anda perbuatan kami yang berkenan di hati anda …! Nah, kerahkanlah kami dengan berkat dari Allah.. .!”

Maka hati Rasulullah pun penuhlah dengan kegembiraan, lalu sabdanya kepada shahabat-shahabatnya:
” Berangkatlah dan besarkanlah hati kalian…..!”

Dan kedua pasukan pun berhadapanlah ……
Anggota pasukan islam yang berkuda ketika itu jumlahnya tidak tebih dari tiga orang, yaitu Miqdad bin ‘Amr , Martsad bin Abi Martsad dan Zubair bin Awwam; sementara pejuang-pejuang lainnya terdiri atas pasukan pejalan kaki; atau pengendara-pengendara unta.

Dari ucapan yang dilontarkan Miqdad tadi, tidak saja menggambarkan keperwiraannya semata, tetapi juga melukiskan logikanya yang tepat dan pemikirannya yang dalam. Itulah sifat Miqdad. Ia seorang filsuf dan pemikir. Hikmah dan filsafatnya tidak saja terkesan pada ucapan semata, tapi terutama pada prinsip-prinsip hidup yang kukuh dan perjalanan hidup yang teguh, tulus, dan lurus.

Diantara tindakan dan perbuatan yang ditakuti oleh Miqdad adalah berbuat dzalim kepada orang. Untuk itu beliau tidak segan-segan bertanya langsung kepada Rasulullah mengenai hal-hal dirasa kurang mengenak dihati. "Wahai Rasulullah, bagaimana pendapatmu jika berjumpa orang kafir kemudian tiba-tiba dia menyerangku. Dia pukul salah satu tanganku dengan pedang hingga putus. Setelah itu dia mencari perlindungan di pohon sambil berkata,"Saya berislam karena Allah SWT", apakah saya bunuh orang itu wahai Rasulullah setelah dirinya mengucapkan kata itu?" tanya beliau. Rasulullah menjawab, "Jangan bunuh dia." Beliau berkata, "Wahai Rasulullah dia telah memotong tangganku dan dia mengucapkan kata itu setelah tanganku dipotong. Apakah saya bunuh dia?" Rasulullah berkata, "Jangan bunuh dia, sekiranya kamu bunuh dia maka itu berarti dia kedudukannya sama denganmu sebelum kamu bunuh dia. Dan kedudukanmu sama dengan dia sebelum dia mengucapkan kata-kata itu."(HR.Bukhori)

Tidak hanya itu, beliau juga sangat takut jika diberi kekuasaan tidak dapat melaksanakan dengan baik dan meremehkannya. Sebab kekuasaan itu adalah amanah.
Ia pernah diangkat oleh Rasulullah sebagai Gubernur di suatu wilayah. Tatkala ia kembali dari tugasnya, Nabi bertanya, "Bagaimana dengan jabatanmu?"

Ia menjawab dengan jujur, “Engkau telah menjadikanku menganggap diri ini di atas rakyat sedang mereka di bawahku. Demi yang telah mengutusmu membawa kebenaran, mulai saat ini saya tidak akan menjadi pemimpin sekalipun untuk dua orang.”

Kemudian  ia menepati janii dan sumpahnya itu hingga semenjak itu ia tak pernah  menerima jabatan amir lagi.

Miqdad selalu mendendangkan Hadits yang didengarnya dari Rasulullah Shallallahu alaihi wasalam, yakni :
“Orang yang berbahagia , ialah orang yang dijauhkan dari fitnah….!”

Oleh karena jabatan sebagai amir(pemimpin) itu dianggapnya suatu kemegahan yang menimbulkan atau hampir menimbulkan fitnah bagi dirinya, maka syarat untuk mencapai kebahagiaan baginya, ialah menjauhinya.

Dan tidak hanya itu saja, Di antara madhhar atau manifestasi filsafatnya ialah Ia tidak tergesa-gesa dan sangat hati-hati menjatuhkan putusan atas seseorang. Dan ini juga dipelajarinya dari Rasullah Shallallahu alaihi wasalam yang telah menyampaikan kepada ummatnya:
” bahwa hati manusia lebih cepat berputarnya daripada isi periuk di kala menggelegak ”

Miqdad sering menangguhkan penilaian terakhir terhadap seseorang sampai dekat saat kematian mereka. Tujuannya ialah agar orang yang akan dinilainya tidak beroleh atau mengalami hal yang baru lagi …. Perubaban atau hal baru apakah lagi setelah maut…?

Dari Abdurahman bin Jubair bin Nufir dari ayahnya berkata, "Suatu hari kami duduk di samping al-Miqdad, tiba-tiba seseorang lewat. Orang itu berkata, "Alangkah senang dan bahagianya dua mata ini (al-Miqdad) dapat melihat Rasulullah. Demi Allah, niscaya kami ingin sekali berjumpa seperti yang dia jumpai.Kemudian saya mendengar kepada ucapannya. Saya pun merasa terkesima sebab apa yang diucapkan adalah kebaikan hingga saya ambil darinya." Mendengar ucapan itu, al-Miqdad berkata, "Apa yang membuat kalian untuk berangan-angan sesuatu yang telah Allah wafatkan untuk diwujudkan kembali. Dia tidak tahu sekirany dia hidup ketika apakah dia berbuat yang sepatutnya. Demi Allah, banyak kaum yang hidup sezaman dengan Rasulullah tapi mereka dimasukkan ke neraka jahanam oleh Allah karena tidak menerima dan percaya ajarannya. Kenapa kalian tidak memuji Allah sebab telah dihindarkan dari siksa dan azab sepert mereka. Bahwkan Allah telah beri kemuduhan pada kalian untuk mengenal Allah dan ajarannya dengan mudah. "(Abu Na'im, al-hillyah 1/175-1716)
 
Demikianlah pandangan Miqdad., memancarkan hikmah dan filsafat….. Dan seperti demikian pula pada setiap tindakan, pengalaman dan Ucapannya, ia adalah seorang filosof dan pemikir ulung….

Kecintaan Miqdad kepada islam tidak terkira besarnya…..
Dan cinta, bila ia tumbuh dan membesar serta didampingi oleh hikmat maka akan menjadikan pemiliknya manusia tinggi, yang tidak merasa puas hanya, dengan kecintaan belaka, tapi dengan menunaikan kewajiban dan memikul tanggung jawabnya…..

Dan Miqdad bin ‘Amr dari tipe manusia seperti ini ….
Kecintaannya kepada Rasululiah menyebabkan hati dan ingatannya dipenuhi rasa tanggung jawab terhadap keselamatan yang dicintainya, hingga setiap ada, kehebohan di Madinah, dengan secepat kilat Miqhad telah berada di ambang pintu rumah Rasulullah menunggang kudanya, sambil menghunus pedang atau lembingnya..

Sedang kecintaannya kepada Islam menyebabkannya bertanggung jawab terhadap keamanannya, tidak saja dari tipudaya musuh-musuhnya, tetapi juga dari kekeliruan kawan-kawannya sendiri.

Semoga dari tulisan yang sedikit ini Kita bisa mengambil hikmah dan manfaatnya serta bisa mengikuti langkah Rosullallah Muhammad SAW tercinta dan para sahabat Beliau .,amien.,

NB : sumber dari beberapa artikel.,




0 komentar:

Posting Komentar

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More